Jumat, 23 April 2010

Pedanda Sakti Wawu Rauh di Tanah Sasak

Pada masa dahulu Danghyang Nirartha, seorang Bagawantha Kerajaan Gelgel (Bali) berkehendak melakukan tirthayatra dan darmayatra ke seluruh daerah di Bali terutama di daerah Den Bukit, lalu dilanjutkan menuju Sasak. Tak diceritakan perjalanan beliau berkeliling Bali, sampailah beliau di pinggir pantai dimana ditempat tersebut terdapat batu karang yang agak menjorok ke laut. Tempat tersebut lalu disebut dengan Ponjok Batu. Pada saat sang Pedanda berada di situ, terdapat sebuah perahu terdampar di ujung tanjung (ponjok) tersebut. Tiangnya layarnya patah, perahunya diombang-ambingkan oleh ombak. Orang yang ada dalam perahu tersebut semuanya pingsan. Melihat hal demikian, Danghyang Nirartha lalu menolong, membawanya ke pasir dan diberikan kekuatan bebayon.
Singkat cerita mereka semuanya sudah sadarkan diri dan setelah mengetahui bahwa yang menolong adalah Mpu Danghyang Nirartha, maka mereka semua sangat berterimakasih. Mereka sebanyak tujuh orang dan mengaku berasal dari Sasak. Mereka sudah berhari-hari terombang ambing di laut dengan perbekalan yang sudah habis. Danghyang Nirartha kemudian menasehatkan mereka bertujuh untuk minum air tawar yang baru saja muncul dari pinggir laut, dan mencari buahan-buahan di sekitarnya untuk dimakan.
Tak diceritakan panjang lebar, mereka semua telah kembali segar bugar, dan keesokan harinya mereka bersedia untuk menghantarkan sang Pendeta menuju tanah Sasak. Sang pendeta diiringi oleh ketujuh penduduk Sasak tersebut menyeberangi lautan antara Nusa Bali dengan Nusa Lombok dengan menggunakan perahu tanpa layar, dan kemudinya patah. Laut ketika sangat tenang, sang pendeta sambil menikmati pemandangan, sambil melakukan meditasi.
Setelah mengarungi perairan antara tanah Bali dan tanah Sasak, maka sampailah rombongan di sebuah pantai yang keadaan lautnya agak tenang dan berbatu. Di sana terdapat bebatuan yang menjorok ke tengah laut dan terdapat sebuah lubang yang menganga. Tempat tersebut kemudian diberinama Pantai Karang Bolong. Demikian disebutkan dalam kitab Dwijendra Tattwa.
Lama kelamaan ada juga yang menyebut dengan Pantai Batu Bolong. Di pantai Karang Bolong tempat pendaratan Danghyang Nirartha (Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh), disana dibangun sebuah pura yang kini disebut dengan Pura Batu Bolong atau Pura Karang Bolong. Terletak di Desa Karang Embet, Kecamatan Batu Layar, Lombok Barat. Kawasan tersebut kini menjadi kawasan wisata terkenal yakni kawasan wisata Senggigi. Nama Batu Layar sendiri konon berasal dari perahu yang ditumpangi Danghyang Nirartha tanpa layar. Demikian menurut Jero Mangku Wayan Arta, pemangku di Pura Karang Bolong.
Pura Karang Bolong adalah pura dengan status Pura Kayangan Jagat. Pura ini berdiri di atas bebatuan (batu karang) yang menjorok ke laut, dimana terdapat lubang menganga seperti goa, sehingga disebut Karang Bolong. Pintu masuk (candi bentar) pura ini tepat berada di pinggir jalan kawasan wisata Senggigi. Pelinggih pertama yang akan ditemui adalah pelinggih Jero Balian dan pelinggih Ratu Gede Mecaling. Lanjut ke bagian yang lebih di tengah, di pinggir tebing karang terdapat pelinggih Penglurah, kemudian Pelinggih untuk mengayat pramana suci Danghyang Nirartha (Pedanda Sakti Wawu Rauh). Tepat di bibir batu terdapat Pelinggih Penglukatan dilengkapi dengan cubangan tempat nunas tirtha penglukatan. Lebih ke dalam lagi, terdapat Pelinggih Pelawangan yang berdiri tepat di depan goa batu bolong. Setelah itu barulah menanjak agak ke atas lagi melalui beberapa anak tangga menuju ke bagian utama pura ini. Di sini terdapat pelinggih utama berupa gedong sebagai pemujaan kehadapan Hyang Betara Lingsir yakni Ida Betara Hyang Baruna, sebagai penguasa lautan. Terdapat pula Pelinggih Padmasana sebagai stana Ida Sanghyang Widhi Wasa. Pada bagian yang agak lebih rendah dari utama mandala, terdapat pelinggih yang paling di ujung karang adalah Pelinggih Petirthan Ida Betara (Pelinggih Beji). Dimana menurut Jero Mangku Wayan Arta yang ngayah sebagai mangku di pura Karang Bolong mengatakan bahwa petirthan ini dilengkapi dengan telaga atau danau berupa cubangan yang agak lebar di sekeliling pelinggih tersebut. Ditambahkan pula bahwa pada waktu-waktu tertentu di telaga berair laut itu kerapkali muncul daun padma (teratai) secara niskala. Pura Karang Bolong juga dilengkapi dengan beberapa kelengkapan pura seperti balai panjang dll.
Pengempon pura Karang Bolong adalah seluruh warga banjar yang ada di kecamatan Batu Layar, Lombok Barat. Pujawali di Pura Karang Bolong jatuh pada hari Purnama Kasa. Yang dihadiri oleh pemedek dari seluruh Lombok bahkan di luar Lombok. Selain sebagai tempat suci, Pura Karang Bolong yang indah berdiri di bibir pantai Senggigi menyuguhkan pemandangan yang sangat indah, sehingga banyak dikunjungi wisatawan. Maka pura Karang Bolong menjadi salah satu titik kunjungan wisata di kawasan Senggigi.

0 komentar:

Posting Komentar

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!
[google5b9daa06de110b1c.html]